UM, UNY, dan UNS Kembangkan AI untuk Evaluasi Pembelajaran Kimia yang Lebih Akurat

Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan kimia di Indonesia, tiga perguruan tinggi negeri terkemuka, yakni Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan Universitas Sebelas Maret (UNS), melakukan kolaborasi dalam riset Riset Kolaborasi Indonesia (RKI). Proyek riset ini fokus pada pengembangan sistem Automatic Assessment-based Artificial Intelligent untuk mengidentifikasi miskonsepsi dan meningkatkan literasi sains siswa dalam pembelajaran kimia.

Sistem AI yang dikembangkan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pembelajaran melalui pemberian umpan balik yang lebih cepat dan akurat kepada guru dan siswa mengenai pemahaman konsep kimia. Dengan demikian, proses pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa sehingga lebih efektif.

"Penelitian ini sangat relevan dengan tantangan pendidikan saat ini, di mana literasi sains menjadi semakin penting. Kami berharap sistem AI yang kami kembangkan dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran kimia di Indonesia," ujar Dr. Sri Yamtinah, M. Pd. dari UNS selaku peneliti host RKI tahun 2024.

Sebagai bagian dari proses riset pendidikan, tim peneliti dari ketiga universitas telah melakukan beberapa kali Focus Group Discussion (FGD) untuk mendiskusikan konsep, desain, dan implementasi bahan ajar, media pembelajaran, serta asesmen literasi sains dan miskonsepsi yang terintegrasi sistem AI. FGD ini dilakukan secara bergantian di masing-masing universitas untuk melibatkan lebih banyak pihak dan mendapatkan masukan yang lebih beragam.

Dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep stoikiometri, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengambil peran aktif dengan mengembangkan bahan ajar inovatif yang mengintegrasikan konsep etnochemistry dan green chemistry. Bahan ajar ini dirancang dengan menggabungkan prinsip-prinsip stoikiometri dengan kekayaan alam Indonesia. Dengan demikian, siswa tidak hanya diajak untuk memahami konsep kimia secara abstrak, tetapi juga dapat menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar.

“Kami melihat potensi besar dalam menggabungkan etnochemistry dan green chemistry dalam pembelajaran kimia. Dengan cara ini, siswa dapat belajar sambil menghargai kekayaan alam Indonesia dan sekaligus memahami pentingnya menjaga lingkungan,” ujar Prof. Dr. Antuni Wiyarsi sebagai research collaborator dari UNY. Beberapa contoh penerapan konsep etnochemistry dalam bahan ajar ini antara lain proses pembuatan batik, jamasan pusaka, pembuatan jamu, dan lain sebagainya.

"Melalui kolaborasi ini, kami berharap dapat membangun kemitraan global yang akan inovasi pendidikan yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran siswa," tambah Prof. Dr. Hayuni Retno Widarti selaku peneliti mitra dari Universitas Negeri Malang.